Dukung Pemberdayaan Masyarakat dan Pelestarian Budaya, Pendopo  Lakukan Pendampingan Komunitas Penenun Ikat Sikka

Dukung Pemberdayaan Masyarakat dan Pelestarian Budaya, Pendopo Lakukan Pendampingan Komunitas Penenun Ikat Sikka

Artikel
13 Februari 2023

Sebagai partisipasi terhadap pelestarian budaya dan kemajuan UMKM di Indonesia, Pendopo, rumah bagi para UMKM lokal yang telah bekerjasama dengan lebih dari 200 UMKM di seluruh Indonesia, yang hadir di bawah naungan PT ACE Hardware Indonesia Tbk dan termasuk dalam Kawan Lama Group, melakukan pemberdayaan masyarakat berupa pendampingan terhadap masyarakat adat tenun ikat di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dilakukan sejak September 2021 hingga Oktober 2022. Pendampingan ini telah menjangkau lebih dari 90 orang penenun yang tergabung dalam empat kelompok tenun, yaitu Tati Nahing, Na’ni House, Bliran Sina, dan Watubo. Adapun 75% dari penenun yang dilatih di antaranya adalah wanita, dengan harapan agar mereka dapat mandiri dan ikut andil dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Selain itu sebagai langkah regenerasi, kegiatan ini juga menjangkau para penenun muda (24% dari total), termasuk dari komunitas Remaja Flores Creative yang berusia 18 sampai 34 tahun. Tenun ikat yang dihasilkan kemudian dikolaborasikan dengan desainer lokal untuk dipasarkan melalui Pendopo. Melalui pendampingan ini, Pendopo telah berhasil meningkatkan perekonomian penenun hingga 122% (dibandingkan sebelum pendampingan) dan bertambahnya 12 tenaga kerja baru dalam komunitas tenun. Hampir 50% penenun sudah menerapkan standarisasi harga, serta masing-masing kelompok juga sudah melakukan pencatatan pengeluaran usaha dan rumah tangga. 

Tenun Ikat Sikka sendiri adalah salah satu kekayaan budaya nusantara yang berasal dari Kabupaten Sikka, Pulau Flores, NTT. Dibuat dengan teknik pewarnaan ikat dan proses menenun yang bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan, warisan wastra ini terus dipertahankan karena bernilai filosofis dan estetika tinggi. Tenun ikat Sikka juga telah terdaftar sebagai salah satu indikasi geografis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual pada Maret 2017 lalu.

Sebagai panduan standarisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru yang merupakan salah satu komitmen untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), juga sebagai wujud komitmen Pendopo dalam pelestarian budaya Indonesia, Pendopo menerbitkan sebuah modul untuk membantu penenun merumuskan harga, menghitung keuangan, menerapkan standar kualitas kain tenun, serta berbagai pengetahuan teknis mengenai proses pewarnaan dengan bahan alami dan motif tenun. Untuk memaksimalkan hasil tenun dan pemasaran, Pendopo juga memberikan empat buah alat tenun portabel yang memudahkan proses menenun karena dapat dipindahkan ke mana saja, sehingga kualitas tenun tetap terjaga. Alat tenun portabel ini juga dapat dipergunakan untuk keperluan pameran. Turut diberikan lebih dari 200 bibit tanaman pewarna alam yang dapat dimanfaatkan oleh para penenun sehingga tenun yang dihasilkan ramah lingkungan. Pendopo juga telah membuat 50 buah katalog benang, kain & motif untuk mendukung proses usaha kelompok tenun, serta pembuatan logo sebagai dukungan branding

Pendampingan dibuka dengan proses pemetaan sosial dan pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk membuat program yang tepat pada September 2021, di mana ditemukan keterbatasan dalam akses pasar, manajemen keuangan, dan manajemen produksi kain tenun, termasuk tidak adanya standarisasi mengenai harga dan kualitas kain. Menjawab hal tersebut, dilakukanlah fase pelatihan dan pendampingan secara berkala sebanyak 29 kali dalam rentang waktu Desember 2021 hingga September 2022, meliputi berbagai pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode penyuluhan) pewarnaan alam (re-planting). 

Untuk meningkatkan daya saing tenun ikat Sikka, Pendopo menggandeng Didiet Maulana, perancang busana sekaligus pegiat wastra (kain adat) untuk mengadakan workshop yang diadakan pada Juni 2022 di Kantor Bappeda Kabupaten Sikka dan diikuti oleh perwakilan dari berbagai kelompok tenun. Didiet menyampaikan, “Workshop pada hari ini untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi, mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai selera masa kini, dan mendukung proses regenerasi penenun. Beberapa hal memang perlu disesuaikan dengan selera masa kini, namun tentunya harus tetap berpegang pada nilai-nilai warisan leluhur yang menjadi ciri khas dari wastra. Harapan saya, pelatihan ini dapat membantu warisan tenun ikat Sikka agar semakin bisa dinikmati, tidak hanya oleh pecinta wastra, namun juga oleh masyarakat umum.” 

Bupati Kabupaten Sikka, Fransiskus Roberto Diogo yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan dukungannya, “Kami sangat mengapresiasi inisiatif Pendopo untuk memberikan pelatihan terhadap komunitas penenun ikat Sikka, terutama atas perhatiannya dalam mendorong regenerasi penenun generasi lama dengan muda-mudi, yang tentunya dibutuhkan untuk melestarikan tenun ikat Sikka. Semoga melalui program pelatihan ini, kain tenun ikat Sikka dapat lestari, dan anak cucu kita tetap dapat menikmati warisan dari leluhur mereka.” 

Regenerasi merupakan salah satu tantangan dalam mengembangkan kain tenun ikat Sikka, di mana warisan budaya yang telah ada sejak jaman dahulu perlu untuk diestafetkan ke generasi berikutnya. Ditemui saat acara workshop, seorang peserta, Wilfridus Semesta Rewo (20 tahun) memberikan tanggapannya, “Budaya tenun ikat ini telah diwariskan secara turun menurun di keluarga kami. Saat ini saya memimpin lembaga kesejahteraan yang bernama Ikat Flores Creative. Saya mengajak anak muda di Sikka tetap mencintai dan melestarikan budaya tenun ikat sebagai salah satu kekayaan budaya dan juga usaha yang bisa menghidupi kita.”

Untuk membuka akses pasar yang lebih luas, diadakan Peragaan Busana Sikka di Pendopo, Living World Alam Sutera pada 23 November 2022. Acara ini menampilkan hingga 58 koleksi pakaian berbahan utama kain tenun ikat Sikka, berkolaborasi dengan Didiet Maulana dan Iyonono, perancang busana muda yang berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga. 

Tasya Widya Krisnadi, Direktur Pendopo, menjelaskan, “Pendopo hadir sebagai sebuah ekosistem pendorong pelestarian budaya Indonesia melalui tiga fokus utama, yaitu product, people, dan nation. Karena itu, kami tidak ingin sekadar menjual dan mengurasi, namun juga mendorong peningkatan kualitas produk lokal melalui berbagai kolaborasi, yang kami tuangkan melalui program pendampingan dan pelatihan di Sikka.”